Selasa, 17 Maret 2020

CERPEN

PELANGI DI TERIK MATAHARI

26 Januari 2014 itulah hari dimana aku ditinggalkan ayahku untuk selama-lamanya. Sejak itu pula ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Ibuku seorang penjual es campur. Manjadi pelangi di terik matahari saat detik dimana aku terlahir didunia ini. Aku adalah gadis kecil yang manis sebutlah namaku Ayu. Malam itu terasa sunyi bersama suara merdu jangkrik. Duduk terdiam bersama ibuku.
Ibu : nak bagaimana kelanjutannya? Kamu akan kuliah dimana?
Ayu : bu.., maaf sepertinya ayu tak bisa lanjut kuliah.
Ibu : mengapa nak?
Ayu : aku tak bisa melihat ibu bekerja keras sendiri bu, adikku masih ada 2 dan mereka pun butuh sekolah. Aku tak bisa membiarkan ibu bekerja sendiri menjadi tulang punggung keluarga ini bu! (masuk kedalam kamar)
Ibu : (mengetuk pintu ) nak buka pintunya nak ibu mau bicara sayang.
Pintu kamar berukuran 3 x 4 m pun kubuka dan ibu masuk kedalam.
“Nak masih ingatkah kau dengan cita-cita ayahmu? Dia menginginkan anak-anaknya bisa menuntut ilmu setinggi-tingginya Nak. Tidak perlu kau memikirkan ibu. Kuliahlah, itu akan membuat hati ayah ibumu bahagia Nak. Sudah kewajiban ibumu untuk menggantikan ayahmu sebagai tulang punggung keluarga ini. Pilihlah perguruan tinggi yang bagus kuliahlah dengan semangat nak. Ibu akan selalu mendukungmu.
(memeluk ibu sambil menangis) “Trimakasih bu, sebenarnya aku ingin kuliah. Tapi, aku tak sanggup melihat ibu berjualan sendiri dipasar, aku tak sanggup membiarkan ibu berjuang sendiri bu” , ungkap gadis manis itu dengan deraian air mata.
“Nak dengan kamu kuliah dan meraih prestasi yang baik itu cukup membuat ibu dan ayahmu bahagia nak. Dan itu adalah bentuk rasa cintamu pada ayah dan ibu nak. Percayalah nak ibu akan baik-baik saja, ibu akan berjuang dan ingat nak kamu harus sukses seperti apa yang di cita-citakan almarhum ayahmu nak (sambil memeluk anak gadisnya).
Setelah berhari-hari difikirkan dengan matang ayu pun memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliahan. Ia diterima di Universitas Lampung mengambil jurusan Pertanian.
Suatu ketika waktu pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) pun tiba ibu menanyakan berapa besar uang yang harus dikeluarkan pada saat itu ayu tidak menjawabnya. “ sudah bu tidak usah difikirkan bu, Ayu akan berusaha mencari beasiswa bu,” ujarnya dengan penuh keyakinan”.
Ibu agak ragu mendengarnya karna ia faham betul karakter anaknya ketika anak gadidnya sedang berbohong. Ibu pun mencari informasi kepada teman-teman ayu apakah benar ayu telah mendapatkan beasiswa. Ternyata, ayu tidak mendapatkan beasiswa karna ia telat mandapatkan informasi pendaftarannya karena ia sibuk bekerja di sela-sela menunggu pengumuman hasil PTN. Ibu bersedih, dari mana ia akan mendapatkan uang dengan singkat waktu tersebut sedangkan waktu yang hanya seminggu dan ia harus mendapatkan uang Rp 2.400.000 belum lagi ditambah uang pesangon untuk gadis tercintanya itu.
“bu.. aku tidak usah kuliah ya, aku tidak ingin menyusahkan ibu. Aku ingin bekerja mencari uang untuk ibu dan adik-adik,” ujar gadis itu.
(menatap wajah anaknya dengan mata berkaca-kaca) nak ibu selama ini selalu ingin yang terbaik untukmu dan adik-adikmu nak. Ibu ingin kamu tetap kuliah. Ibu ingin kamu menjadi orang besar. Ibu ingin mewujudkan cita-cita almarhum ayahmu nak. Ibu akan berusaha nak. Kamu harus tetap kuliah dalam seminggu ini ibu akan carikan uang itu dan kamu harus berjanji nak, kamu akan meraih prestasi gemilang, manjadi panutan adik-adikmu.
Keesokan harinya ibu berjualan hingga tak kenal lelah kesana kemari menjajakan es yang dijualnya.Tak hanya itu ibu pun membuat gorengan untuk dijajakan dengan harapan keuntungan yang lebih agar dapat membayar UKT gadis kesayangnya. Panasnya cuaca tak menyurutkan semangtnya, gunung meletuspun mungkin tak kan dihiraukannya. Sesekali gadis ini ke kamar mandi untuk menumpahkan air mata yang sudah tidak dapat lagi terbendung di matanya. Terisak-isak sambil meneteskan air mata dengan menahan suara agar tak ada orang yang mendengarnya.
Hingga waktu terakhir pembayaran pun tiba uang Rp 2.400.000 belum terkumpul masih kurang Rp 600.000. Tak sedikit pun ibu memasang wajah sedih, gundah, hanya wajah yakin yang ia selalu tunjukkan pada anak-anaknya. Malam itu pun aku bertanya pada ibu “bu bagaimana, kita sudah berusaha namun, Allah belum mengizinkan aku untuk kuliah bu. Mungkin memang belum waktunya aku kuliah, biarkan aku mencari uang dulu bun anti pasti aku akan kuliah bu yakinlah pada anakmu ini bu”, ujar gadis itu dengan nada menyakinkan.
“Tidak! Kau harus tetap kuliah tahun ini nak nanti biar ibu yang bilang pada petugasnya ibu akan mencicilnya nak (masuk kekamar).
Pukul 8.45 ibu dan ayu ke bank untuk membayar UKT tersebut. Antrian pun panjang hingga tepat jam 14.23 giliran ibu . “Ada yang bisa dibantu bu”, Tanya teller bank. Ini mbak saya mau bayar UKT anak saya kuliah mbak tapi saya mau mencicil dulu mbak karena masih kurang Rp 600.000 mbak, bagaimana mbak?
“ Mohon maaf ibu, mungkin ibu besok atau lusa kesini lagi karena untuk pembayaran UKT tidak bisa dicicil ibu, ini sudah kebijakkannya ibu,”ujar teller tersebut.
Kekecewaan yang benar-benar ibu rasakan, lemas bandannya hingga tak sanggup untuk berjalan mendengar pernyataan sang teller. Orang-orang disekeliling pun menatap kami. Cuek yang bisa aku lakukan. Dengan tabah dan hati ikhlas kupeluk ibuku dan duduk dikursi tunggu untuk meregangkan syaraf yang mungkin mengejutkan raga ibuku. Kupeluk kuusap-usap punggung ibuku sambil meyakinkannya. “ Bu, meski tahun ini aku tidak bisa kuliah namun aku tetap berusaha bu tahun besok aku akan tetap kuliah bu,” Ungkapku meyakinkan ibu. Ibu memandangku (hanya tersenyum).
Seseorang menghampiri kami, dan duduk bersama kami. “ Loh mbak mar ada apa disini, mengapa lemas begitu? Coba ceritakan padaku mbak mar”, kata seseorang tadi.
Seseorang ini adalah ibu-ibu yang menjadi pelanggan setia es ibuku sebut saja bulek sum. Ibu menceritakan apa yang terjadi. Bulek sum menangis mendengar cerita ibu hingga ia terbesit untuk menolong kami untuk meminjamkan uang. “ tak usah ragu mbak mar, pakailah uangku ntuk membiayai anakmu kulaih. Aku sudah mengganggapmu seperti kakakku dan anakmu seperti anakku. Kebetulan anakku minggu depan berangkat ke Bandarlampung biar Ayu bareng dengan santi dan tinggal saja di rumahku mbak,” tawaran manis bulek sum. Mendengar hal itu ibu bersemangat kembali dan mengucap banyak terimakasih kepada bulek sum karena telah menolongnya.
Ibu adalah pelangi bagi hidupku, ia mampu manjadi pelangi meski panasa terik matahari melanda .ya, itulah ibuku. Ayu pun akhirnya kuliah dengan bersemangat untuk meraih cita-cita dan prestasi yang gemilang demi ibu tercintanya dan almarhum ayahnya.

KARYA TULIS ILMIAH (KTI) “KEISTIMEWAAN PURA TANAH LOT BALI”




LAPORAN HASIL STUDYTOUR
KEISTIMEWAAN PURA TANAH LOT BALI

Diajukan sebagai Persyaratan
Mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)



DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 BANJAR AGUNG
KABUPATEN TULANG BAWANG
2020

LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH


Guru Pembimbing: Nuraini Trilowati, S.Pd                                  ..........
NIP                     : 197207212005012007
                                                          





MENGETAHUI,
Kepala SMA Negeri 1 Banjar Agung



Hi.Danial Anwar, S.Pd., M.M.
  NIP : 19680724 199010 1 001




KATA PENGANTAR


Puji syukur kepada Allah SWT. Tuhan yang Maha Esa atas bimbingan dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “KEISTIMEWAAN PURA TANAH LOT BALI” tugas ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Bapak Hi.Danial Anwar, S.Pd., M.M. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Banjar Agung, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan studitur ke Yogyakarta dan Bali.
2.    Ibu Nuraini Trilowati, S.Pd. yang telah memberikan bimbingan sehingga laporan hasil studitur ini dapat selesai dengan tepat waktu.
3.    Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan telah membiayai penulis selama menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Banjar Agung dan melaksanakan studitur ke Yogyakarta dan Bali.
4.    Teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun material kepada penulis selama penyusunan laporan ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
5.    Kepada pihak lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan laporan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan minim penjelasan karena keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk menuju kearah kesempurnaan itu. Harapan penulis semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai khasanah ilmu pengetahuan bagi kita semua.


Banjar Agung,  Februari 2020
Penulis


Esty Cahya Ningsih
NISN : 0022499886






















DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................ v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................... 2

BAB II : KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Candi........................................................ .4
2.2 Sejarah Candi Prambanan............................................ .4
2.3 Peranan Candi Prambanan sebagai Hasil Kebudayaan
Bangsa Indonesia....................................................... .7
2.4 Deskripsi Bangunan Candi Prambanan .......................... 8


BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Temuan-temuan.......................................................... 11
3.1.1 Candi Siwa ...................................................  11
3.1.2 Arca Siwa Mahadewa  ....................................  12
3.1.3 Arca Siwa Mahaguru ...................................... 13
3.1.4 Arca Ganesa ................................................. 13
3.1.5 Arca Durga Atau Rorojongrang ....................... 14
3.1.6 Candi Brahma ............................................... 14
3.1.7 Candi Wisnu ................................................. 15
3.1.8 Candi Nandi .................................................. 16
3.1.9 Candi Angsa.................................................. 17
3.1.10 Candi Garuda............................................... 17
3.1.11 Candi Apit................................................... 17
3.1.12 Candi Kelir................................................... 18
3.1.13 Candi Sudut................................................. 18
3.2 Hubungan Candi Prambanan dengan Pendidikan............. 18
         




BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................... 20
4.2 Saran ............................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 21
LAMPIRAN
  


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bali merupakan pulau seribu Pura atau Pulau Seribu Candi, karena pura atau candi ditemukan di semua tempat, di pintu gerbang desa, di depan kantor-kantor pemerintah, bahkan di depan rumah penduduk. Bali juga mempunyai beragam budaya, tradisi dan adat istiadat yang khas. Di beberapa tempat di Bali terdapat beberapa tempat persembahyangan / Pura. Pura tersebut digunakan sebagai tempat persembahayangan oleh penduduk di Bali yang mayoritas beragama Hindu. Penduduk melakukan ritual tersebut secara rutin. Bali terbagi menjadi 52 kecamatan, yang terdiri dari 8 Kabupaten dan 1 kota Madya yaitu Denpasar. Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari beberapa Kabupaten yang berada di Bali yang terletak dibagian selatan Pulau Bali. Luas wilayah Kabupaten Tabanan sekitar 839,33 Km2 yang terdiri dari Pegunungan dan pantai, dan terbagi menjadi sepuluh kecamatan. Selain sebagai pusat spiritual bagi umat Hindu, pura Tanah Lot memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan pura-pura lainnya yang ada di Bali. Pura Tanah Lot sudah sejak lama terkenal karena keindahan pantainya. Selain itu, Pura Tanah Lot juga memiliki keistimewaan lain, seperti adanya ular suci. Mengingat keistimewaan-keistimewaan tersebut, maka penulis mengangkat topic Tanah Lot sebagai objek tulisan.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah laporan dengan judul Hubungan Sejarah Candi Prambanan Terhadap Dunia Pendidikan adalah sebagai berikut:
1.2.1    Bagaimanakah sejarah Pura Tanah Lot ?
1.2.2    Dimanakah lokasi Pura Tanah Lot ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti Ujian Nasional Berbaasis Komputer (UNBK). Selain itu untuk mengetahui:
1.3.1    Sejarah Pura Tanah Lot
1.3.2    Lokasi Pura Tanah Lot

1.4 Manfaat Penulisan

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1    Memperoleh izin mengikuti Ujian Nasional Berbaasis Komputer (UNBK), menambah wawasan pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah.
1.4.2    Menambah pengetahuan bagi pembaca tentang informasi keistimewaan Pura Tanah Lot
1.4.3    Sebagai referensi penulisan karya tulis ilmiah (KTI) adik kelas.












BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1        Keistimewaan
Keistimewaan adalah kewenangan khusus untuk menyelenggarakan kehidupan beragama, adat, pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan kebijakan daerah ( pasal 1 angka 8 UU Nomor 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan).

2.2        Tanah Lot
Tanah Lot sudah dikenal sebagai obyek wisata dari tahun 1970-an. Cuma pada saat itu infrastruktur penunjang yang sangat minim dan hanya dikunjungi oleh wisatawan lokal pada hari-hari libur lokal seperti hari liburan sekolah, hari raya Galungan, Kuningan atau pada saat upacara di Pura Tanah Lot. Seiring berkembangnya sektor kepariwisataan Bali, dengan mengandalkan suasana Sunsetnya yang menawan Tanah Lot mengalami peningkatan pengunjung baik dari domestik maupun mancanegara. Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di sini ada dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang Nirartha.







BAB III
PEMBAHASAN

3.1        Sejarah Pura Tanah Lot
Tanah Lot dalam bahasa Bali berarti “Tanah di tengah lautan”, kalau kita cermati posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura ini berdiri di atas bongkahan batu karang, dimana alam telah membentuknya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik. Menurut legenda masyarakat Bali, Tanah Lot berasal dari segumpal tanah yang dibawa oleh Putra Patih Gajahmada yang terjatuh di tepi pantai. Diceritakan bahwa Patih Gajahmada dari Kerajaan Majapahit memerintahkan putranya untuk mengembara. Sang Patih memberinya bekal sebuah tempayan yang berisi tanah. Sang Patih berpesan agar putranya menaburkan tanah dalam tempayan tersebut sesampainya ia di sebuah daratan, niscaya tempat tersebut akan menjadi kekuasaannya. Akan tetapi, sebelum sampai ke daratan tempayan tersebut terjatuh dan tanahnya tumpah di tepi pantai. Tanah itulah yang kemudian menjadi Tanah Lot yang artinya tanah di tengah laut. Selain itu, ada pula cerita versi lain yang berkembang di masyarakat.

Pada masa kerajaan majapahit di jawa timur, tersebutlah seorang bhagawan yang bernama Dang Hyang Dwi Jendra. Beliau di hormati atas pengabdian yang sangat tinggi terhadap raja dan rakyat melalui ajaran-ajaran spiritual, peningkatan kemakmuran dan menanggulangi masalah-masalah kehidupan. Beliau dikenal dalam menyebarkan ajaran agama hindu dengan nama “dharma yatra”. Di lombok beliau disebut “tuan semeru” atau guru dari semeru, nama sebuah gunung di jawa timur. Pada waktu beliau datang ke bali untuk menjalankan misinya pada abad ke 15, yang berkuasa pada saat itu adalah raja dalem waturenggong yang menyambut beliau dengan sangat hormat. Beliau mengajarkan dan menyebarkan ajaran dharma sampai ke pelosok-pelosok pulau bali dan banyak membangun tempat-tempat suci untuk membangun dan meningkatkan kesadaran spiritual dan memperdalam ajaran-ajaran agama hindu.

Disebutkan pada saat beliau menjalankan “dharma yatra” di rambut siwi, beliau melihat sinar suci dari arah tenggara dan mengikutinya sampai pada sumbernya yang ternyata adalah sebuah sumber mata air. Tidak jauh dari sumber mata air tersebut, beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah yang disebut “gili beo” ( gili artinya batu karang, beo artinya burung) jadi itu adalah sebuah batukarang besar berbentuk burung beo. Di tempat inilah beliau membangun tempat untuk bermeditasi dan melakukan pemujaan kepada dewa penguasa laut. Beliau mulai menyebarkan ajarannya kepada penduduk setempat, yaitu yang berada di desa beraban dimana desa tersebut di kepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut “bendesa beraban sakti”.

Pada saat itu penduduk desa beraban menganut monotheisme. Dalam waktu singkat, ajaran dang hyang nirartha yaitu tentang agama hindu telah membuat para penduduk mulai meninggalkan ajaran monotheisme tersebut. Begitu pula sebagian kecil pengikut bendesa beraban mulai meninggalkannya, dan dia menyalahkan dang hyang nirartha atas hal tersebut. Kemudian dia mengumpulkan para pengikutnya yang masih setia dan memimpin mereka untuk mengusir dang hyang nirartha dari tempat tersebut. Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh dang hyang nirartha, beliau melindungi diri dari serangan bendesa beraban dengan memindahkan batukarang besar tersebut tempat beliau bermeditasi ke tengah lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batukarang sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut. Kemudian beliau memberi nama “ tengah lod ” yang berarti tanah di tengah lautan. Akhirnya bendesa beraban mengakui kesaktian dan kekuatan spritual dari dang hyang nirartha, dan dia mulai mempelajari ajaran-ajaran yang di ajarkan oleh orang suci tersebut, hingga menjadi pengikut setia dan ikut menyebarkan ajaran itu kepada para penduduknya untuk bergabung mengikuti kepercayaan tersebut. Sebelum pergi, beliau memberikan sebilah keris suci dan sakti yang dikenal dengan nama “ ki baru gajah ” kepada bendesa beraba.

Saat ini keris tersebut distanakan di puri kediri yang sangat dikeramatkan oleh segenap masyarakat dan diupacarai setiap hari raya kuningan dengan berjalan kaki 11 km pulang pergi menuju pura luhur pakendungan yang berlokasi 300 meter dari pura luhur tanah lot. Upacara piodalan di pura tanah lot setiap 210 hari sekali yakni pada hari “ buda wage langkir ” sesuai penanggalan kalender Bali.

3.2        Lokasi Pura Tanah Lot
Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali. Objek ini bisa ditempuh sekitar 45 menit dari kawasan Kuta. Di sini ada dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu, apabila air pasang pura ini akan kelihatan dikelilingi air laut dan satunya lagi, tepatnya di sebelah utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak menjorok ke laut dan di atas tebing.

Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan yang digunakan untuk tempat pemujaan dewa - dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), biasanya para tamu akan datang pada sore hari untuk melihat melihat keindahan matahari tenggelam.

3.3        Keistimewaan Pura Tanah Lot
Dimensi naturalisme mengimajinasikan bahwa eksotisme pantai Lot adalah kekayaan dan panorama yang menggambarkan betapa alam ini penuh warna dan aneka ragam. Dimensi humanisme seolah menandakan bahwa alam menginduksi manusia untuk memanjakan diri, tenggelam dalam euforia yang ditandai dengan proyek imajiner seperti mengambil foto dengan momen istimewa dan mengambil sudut pantai yang dianggap akan mewakili representasi diri dalam imaji fotografi. Di Pantai Tanah Lot ini, ketika memasuki pintu gapura, anda akan menjumpai sebuah suara muski tradisional gamelan dan nyanyian tradisional menambah lengkap bahwa Tanah adalah humanisme kreatif yang dilengkapi hidupnya kebudayaan masyarakat Tanah Lot.

Sementara itu teosentrisme adalah gerak yang diisi oleh manusia yang berkehendak untuk memuja, memberi persembahan pada tuhan dan menandai proses komunikatif metafisika orang-orang Bali sekitar Pantai Lot. Tridimensi gerak Pantai Tanah Lot memberikan makna tersendiri karena tidak berdimensi tunggal sebagaimana kalau menikmati pantai-pantai yang lain di Bali. Tridimensi ini menambah aspek kebermaknaan hidup kita saat berkunjung ke Tanah Lot. Pantai Tanah Lot bisa saya sebut sebagai bagian dari wisata religi juga. Selain kita mampu mengambil sisi keindahan pemandangan pantai, gelombang laut, di situ terbangun megah sebuah Pura yang berada di atas batu karang di pinggir pantai. Untuk sampai di Pura ini, perlu untuk menyeberangi air laut. Tidak terlalu masuk ke laut, tetapi jika pasang, kalau kita ingin mengunjungi Pura, maka kita terpaksa sedikit menceburkan diri dan di situ disediakan pegangan tali agar penyeberangan kita menjadi aman. Di situ kita disadarkan sakramen dan ritual umat Hindu menyadarkan bahwa makna pluralisme begitu realistis. Kalau saya memaknai, bahwa perbedaan ritual dan cara-cara beribadah umat Hindu tidak saya pandang sebagai pandangan yang bernada aneh, tetapi menyadarkan saya bahwa ketuhanan adalah budaya dan idealisme yang mengakar dalam kesatuan multikultural. Proyeksi keberagamaan telah ditanam manusia dalam segala diktum humanisme. Simbol-simbol diciptakan untuk menjadi media metafora dan dimaknai dalam keragaman konteks kebaikan, keburukan, keselamatan, kematian dan sebagainya.

Keistimewaan Pantai Lot dilengkapi dengan mitologi setempat terkait dengan ular suci (holy snake). Konon ular suci Tanah Lot diyakini memiliki sejarah antropologi mitologis yang menjadi penyangga dari ancaman kejahatan dan kerusakan. Ular suci yang ada di Pantai Lot, menurut informasi Beli Made Panji, adalah jenis ular laut yang dikenal dengan Bungarus candidus dengan warna cincin melingkar hitam dan putih. Ular ini menurut dia, adalah jenis ular berbisa nomer ketiga dari jenis ular berbisa di dunia, setelah ular kobra dari India, ular derik Australia. Kategorisasi ini sudah pernah diteliti oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia, termasuk Universitas Indonesia, UGM dan Udayana. Ular Suci, ini diyakini sebagai juru selamat Tanah Lot.

Sebuah kisah, di saat ada seseorang yang berniat jahat di Tanah Lot, tiba-tiba ular ini datang menghampiri pelaku yang ingin berbuat jahat. Ular suci ini menyerang orangorang yang akan berbuat kerusakan di Tanah Lot. Keganasan ular ini terangkum sebagai juru selamat terhadap ancaman kerusakan, tetapi ia jinak dan berdiam diri ketika berada di pinggir gua batu karang Pantai Lot nan eksotik. Setiap pengunjung Pantai Lot, bahkan bisa memegang ular berbisa ini dengan tangan mereka tanpa khawatir serangan balik dari ular ini. Ular ini tidak bereaksi apa-apa. Sembari ditunggui oleh pawangnya, anda bisa memegang ular suci ini. Bagi anda yang berniat memegang ini, pawang ular ini meminta uang seikhlasnya, minimal seribu rupiah sebagai buah dari keinginan kita memegang ular ini. Hingga hari ini ular suci tanah lot belum pernah menyerang para pengunjung yang ingin menyentuhnya, padahal ular ini dikategorikan sebagai jenis ular berbisa nomer tiga di dunia.

Kepercayaan lain yang menambah unsur mitologis terhadap ular suci adalah dengan menyentuh dan mengelus-elusnya, sembari itu anda dapat berdoa agar keinginan dan permohonan yang selama ini belum terkabul atau punya hajat tertentu terkait cita-cita anda. Sebuah kisah, tergantung anda percaya atau tidak, tetapi menurut Made, itulah kenyataannya. Suatu kisah, ada seorang guru dari Yogyakarta yang sudah lama tidak mempunyai anak, ketika datang di Tanah Lot dan mengelus ular ini, dia berdoa untuk segera di karuniai anak, maka dalam waktu beberapa tahun, guru ini pada akhirnya dikaruniani seorang anak. Selain itu, jika ada tanda-tanda alam atau bencana, ular laut ini menjadi pertanda dan isyarat bagi masyarakat Tanah Lot. Tanda yang dapat dikenali adalah jika masyarakat setempat melihat ada ratu atau raja ular laut yang muncul, biasanya berwarna merah, maka kemunculan ratu ular laut ini menjadi pertanda bahwa bencana telah datang.

Bagi masyarakat sekitar, mereka akan berdoa memberi persembahan kepada dewa-dewa agar diberi keselamatan. Cerita ini menambah auro mitologis semakin menguat dan semakin membuktikan kesucian yang melegitimasi sebutan holy snake. Kepercayaan lain yang berkembang di Tanah Lot, yakni jika anda berkunjung di pantai ini, ada dapat meminta air keramat yang diyakini bisa menambah wajah anda awet muda. Anda bisa mengambil secukupnya, buat untuk mencuci muka anda, dan setelah itu menurut informasi dari bapak Made, setelah sampai di rumah, silahkan melihat wajah anda di cermin, niscaya perubahan wajah anda bisa saja kulit wajah anda akan nampak seperti kulit bayi, mulus, hilang kerutnya dan terpancar kembali muda.

3.4        Dampak Positif
3.4.1  Ekonomi Berkembangnya pariwisata di Bali ternyata membawa dampak yang luar biasa pada perekonomian negara khususnya bagi masyarakat Bali sendiri, yaitu pendapatan yang semula rendah akibat berkembangnya pariwisata menjadi tinggi, begitu pula kesempatan kerja menjadi lebih luas, hal ini dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah pengangguran. Negara sangat diuntungkan terhadap perkembangan pariwisata tersebut, bagaimana tidak dengan ramainya wisata di Bali oleh wisatawan domestik ataupun luar negeri akan meningkatkan devisa bagi negara.

3.4.2 Kebudayaan Dalam aspek ini ada banyak dampak positif akibat perkembangan wisata di Bali, antara lain :
a.    Terjadi percampuran ras antara masyarakat lokal dengan orang luar negeri.
b.    Wisatawan terpacu untuk mempelajari nilai nilai budaya dari objek yang dikunjungi yang didapatkan ke negara asalnya sehingga objek wisata itu menjadi terkenal.
c.    Masyarakat terpacu untuk melestarikan budayanya , karena mereka sadar bahwa kebudayaan mereka merupakan salah satu hal yang menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Bali.

3.5        Dampak Negatif
3.5.1    Ekonomi Dampak yang kurang baik adalah harga-harga menjadi tinggi hal ini karena wisatawan yang berkunjung ke Bali bukan hanya turis lokal, ada turis luar negeri juga sehingga secara tidak langsung para pedagang lokal mematok harga sesuai kantong para turis mancanegara tersebut.
3.5.2    Budaya Dalam aspek ini ada dampak negatif akibat perkembangan wisata di Bali, antara lain :
a.    Perasaan tidak senang dari penduduk karena kedatangan para wisatawan yang dianggap mengganggu ketengangan masyarakat setempat.
b.    Peniruan budaya asing yang berlebihan oleh masyarakat yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat setempat, yang nantinya akan melunturkan budaya-budaya yang telah ada.













BAB IV
PENUTUP


4.1        Kesimpulan

Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali. Objek ini bisa ditempuh sekitar 45 menit dari kawasan Kuta. Tanah Lot dalam bahasa Bali berarti “Tanah di tengah lautan”, kalau kita cermati posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura ini berdiri di atas bongkahan batu karang, dimana alam telah membentuknya sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik. Menurut legenda masyarakat Bali, Tanah Lot berasal dari segumpal tanah yang dibawa oleh Putra Patih Gajahmada yang terjatuh di tepi pantai. Diceritakan bahwa Patih Gajahmada dari Kerajaan Majapahit memerintahkan putranya untuk mengembara.

Sang Patih memberinya bekal sebuah tempayan yang berisi tanah. Sang Patih berpesan agar putranya menaburkan tanah dalam tempayan tersebut sesampainya ia di sebuah daratan, niscaya tempat tersebut akan menjadi kekuasaannya. Akan tetapi, sebelum sampai ke daratan tempayan tersebut terjatuh dan tanahnya tumpah di tepi pantai. Tanah itulah yang kemudian menjadi Tanah Lot yang artinya tanah di tengah laut. Dimensi naturalisme mengimajinasikan bahwa eksotisme pantai Lot adalah kekayaan dan panorama yang menggambarkan betapa alam ini penuh warna dan aneka ragam. Dimensi humanisme seolah menandakan bahwa alam menginduksi manusia untuk memanjakan diri.

4.2        Saran

Berikut merupakan saran yang dapat disampaikan:
4.2.1            Sebagai wisatawan yang datang berkunjung sebaiknya kita lebih menjaga dan merawat kebersihan sekitaran Pura agar lingkungan tetap terjaga keasriannya.
4.2.2            Sebagai pengelola dari Objek Wisata Pura Tanah Lot sebaiknya lebih mempertimbangkan keamanan, kebersihan dan kelestarian Pura Tanah Lot sehingga tidak beralih fungsi hanya demi keuntungan beberapa pihak semata namun juga dirasakan semua lapisan masyarakat sekitar
















DAFTAR PUSTAKA

Yazid, M. Amru Sani. 2013. Keistimewaan Tanah Lot. MA Negeri Tegal Rejo. Magelang.