LAPORAN
HASIL STUDYTOUR
“KEISTIMEWAAN
PURA TANAH LOT BALI”
Diajukan
sebagai Persyaratan
Mengikuti
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI
LAMPUNG
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 1 BANJAR
AGUNG
KABUPATEN TULANG BAWANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Guru Pembimbing: Nuraini Trilowati, S.Pd ..........
NIP : 197207212005012007
MENGETAHUI,
Kepala
SMA Negeri 1 Banjar Agung
Hi.Danial Anwar, S.Pd., M.M.
NIP : 19680724
199010 1 001
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT.
Tuhan yang Maha Esa atas bimbingan dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “KEISTIMEWAAN PURA TANAH LOT BALI” tugas ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Hi.Danial Anwar, S.Pd., M.M. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Banjar Agung, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan studitur ke Yogyakarta dan Bali.
2. Ibu Nuraini Trilowati, S.Pd. yang telah memberikan bimbingan sehingga
laporan hasil studitur ini dapat selesai dengan tepat waktu.
3. Orang tua penulis yang selalu memberikan semangat dan telah membiayai
penulis selama menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Banjar Agung dan
melaksanakan studitur ke Yogyakarta dan Bali.
4. Teman-teman penulis yang telah memberikan bantuan moral maupun material kepada
penulis selama penyusunan laporan ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
5. Kepada pihak lain yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
penyusunan laporan, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan
ini masih banyak kekurangan dan minim penjelasan karena keterbatasan kemampuan
penulis, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk menuju kearah kesempurnaan itu. Harapan penulis
semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai khasanah
ilmu pengetahuan bagi kita semua.
|
Banjar Agung, Februari
2020
Penulis
Esty Cahya Ningsih
NISN : 0022499886
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................. iii
DAFTAR ISI............................................................................ v
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................... 2
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Candi........................................................ .4
2.2 Sejarah Candi Prambanan............................................ .4
2.3 Peranan Candi Prambanan
sebagai Hasil Kebudayaan
Bangsa
Indonesia....................................................... .7
2.4 Deskripsi Bangunan Candi
Prambanan .......................... 8
BAB III : PEMBAHASAN
3.1 Temuan-temuan..........................................................
11
3.1.1 Candi Siwa ................................................... 11
3.1.2 Arca Siwa Mahadewa .................................... 12
3.1.3 Arca Siwa Mahaguru ...................................... 13
3.1.4 Arca Ganesa ................................................. 13
3.1.5 Arca Durga Atau
Rorojongrang ....................... 14
3.1.6 Candi Brahma ............................................... 14
3.1.7 Candi Wisnu ................................................. 15
3.1.8 Candi Nandi .................................................. 16
3.1.9
Candi Angsa..................................................
17
3.1.10
Candi Garuda...............................................
17
3.1.11
Candi Apit................................................... 17
3.1.12
Candi Kelir................................................... 18
3.1.13
Candi Sudut................................................. 18
3.2
Hubungan Candi Prambanan dengan Pendidikan............. 18
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..................................................................... 20
4.2 Saran ............................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 21
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bali merupakan pulau seribu
Pura atau Pulau Seribu Candi, karena pura atau candi ditemukan di semua tempat,
di pintu gerbang desa, di depan kantor-kantor pemerintah, bahkan di depan rumah
penduduk. Bali juga mempunyai beragam budaya, tradisi dan adat istiadat yang
khas. Di beberapa tempat di Bali terdapat beberapa tempat persembahyangan /
Pura. Pura tersebut digunakan sebagai tempat persembahayangan oleh penduduk di
Bali yang mayoritas beragama Hindu. Penduduk melakukan ritual tersebut secara
rutin. Bali terbagi menjadi 52 kecamatan, yang terdiri dari 8 Kabupaten dan 1
kota Madya yaitu Denpasar. Kabupaten Tabanan adalah salah satu dari beberapa
Kabupaten yang berada di Bali yang terletak dibagian selatan Pulau Bali. Luas
wilayah Kabupaten Tabanan sekitar 839,33 Km2 yang terdiri dari Pegunungan dan
pantai, dan terbagi menjadi sepuluh kecamatan. Selain sebagai pusat spiritual
bagi umat Hindu, pura Tanah Lot memiliki keistimewaan jika dibandingkan dengan
pura-pura lainnya yang ada di Bali. Pura Tanah Lot sudah sejak lama terkenal
karena keindahan pantainya. Selain itu, Pura Tanah Lot juga memiliki
keistimewaan lain, seperti adanya ular suci. Mengingat
keistimewaan-keistimewaan tersebut, maka penulis mengangkat topic Tanah Lot
sebagai objek tulisan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
rumusan masalah laporan dengan judul Hubungan Sejarah Candi Prambanan
Terhadap Dunia Pendidikan adalah
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimanakah
sejarah Pura Tanah Lot ?
1.2.2 Dimanakah
lokasi Pura Tanah Lot ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam mengikuti Ujian Nasional Berbaasis Komputer (UNBK). Selain itu
untuk mengetahui:
1.3.1
Sejarah
Pura Tanah Lot
1.3.2
Lokasi Pura
Tanah Lot
1.4 Manfaat Penulisan
Hasil yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1
Memperoleh
izin mengikuti Ujian Nasional Berbaasis Komputer (UNBK), menambah wawasan
pengetahuan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah.
1.4.2
Menambah
pengetahuan bagi pembaca tentang informasi keistimewaan Pura Tanah Lot
1.4.3
Sebagai
referensi penulisan karya tulis ilmiah (KTI) adik kelas.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Keistimewaan
Keistimewaan
adalah kewenangan khusus untuk menyelenggarakan kehidupan beragama, adat,
pendidikan, dan peran ulama dalam penetapan kebijakan daerah ( pasal 1 angka 8
UU Nomor 44 tahun 1999 tentang penyelenggaraan).
2.2
Tanah
Lot
Tanah
Lot sudah dikenal sebagai obyek wisata dari tahun 1970-an. Cuma pada saat itu
infrastruktur penunjang yang sangat minim dan hanya dikunjungi oleh wisatawan
lokal pada hari-hari libur lokal seperti hari liburan sekolah, hari raya
Galungan, Kuningan atau pada saat upacara di Pura Tanah Lot. Seiring
berkembangnya sektor kepariwisataan Bali, dengan mengandalkan suasana Sunsetnya
yang menawan Tanah Lot mengalami peningkatan pengunjung baik dari domestik
maupun mancanegara. Tanah Lot adalah sebuah objek wisata di Bali, Indonesia. Di
sini ada dua pura yang terletak di di atas batu besar. Satu terletak di atas
bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu.
Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang brahmana yang mengembara dari
Jawa. Ia adalah Danghyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan
penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad
ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau
karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha.
Bendesa Beraben menyuruh Danghyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Ia
menyanggupi dan sebelum meninggalkan Tanah Lot beliau dengan kekuatannya
memindahkan Bongkahan Batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan
membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya penjaga pura. Ular ini
masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut
yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang
kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular cobra. Akhir dari
legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben 'akhirnya' menjadi pengikut Danghyang
Nirartha.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Sejarah
Pura Tanah Lot
Tanah
Lot dalam bahasa Bali berarti “Tanah di tengah lautan”, kalau kita cermati
posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura ini berdiri di atas
bongkahan batu karang, dimana alam telah membentuknya sedemikian rupa sehingga
menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik. Menurut legenda masyarakat
Bali, Tanah Lot berasal dari segumpal tanah yang dibawa oleh Putra Patih
Gajahmada yang terjatuh di tepi pantai. Diceritakan bahwa Patih Gajahmada dari
Kerajaan Majapahit memerintahkan putranya untuk mengembara. Sang Patih
memberinya bekal sebuah tempayan yang berisi tanah. Sang Patih berpesan agar
putranya menaburkan tanah dalam tempayan tersebut sesampainya ia di sebuah
daratan, niscaya tempat tersebut akan menjadi kekuasaannya. Akan tetapi, sebelum
sampai ke daratan tempayan tersebut terjatuh dan tanahnya tumpah di tepi
pantai. Tanah itulah yang kemudian menjadi Tanah Lot yang artinya tanah di
tengah laut. Selain itu, ada pula cerita versi lain yang berkembang di
masyarakat.
Pada
masa kerajaan majapahit di jawa timur, tersebutlah seorang bhagawan yang
bernama Dang Hyang Dwi Jendra. Beliau di hormati atas pengabdian yang sangat
tinggi terhadap raja dan rakyat melalui ajaran-ajaran spiritual, peningkatan
kemakmuran dan menanggulangi masalah-masalah kehidupan. Beliau dikenal dalam
menyebarkan ajaran agama hindu dengan nama “dharma yatra”. Di lombok beliau
disebut “tuan semeru” atau guru dari semeru, nama sebuah gunung di jawa timur.
Pada waktu beliau datang ke bali untuk menjalankan misinya pada abad ke 15,
yang berkuasa pada saat itu adalah raja dalem waturenggong yang menyambut
beliau dengan sangat hormat. Beliau mengajarkan dan menyebarkan ajaran dharma
sampai ke pelosok-pelosok pulau bali dan banyak membangun tempat-tempat suci
untuk membangun dan meningkatkan kesadaran spiritual dan memperdalam
ajaran-ajaran agama hindu.
Disebutkan
pada saat beliau menjalankan “dharma yatra” di rambut siwi, beliau melihat
sinar suci dari arah tenggara dan mengikutinya sampai pada sumbernya yang
ternyata adalah sebuah sumber mata air. Tidak jauh dari sumber mata air
tersebut, beliau menemukan sebuah tempat yang sangat indah yang disebut “gili
beo” ( gili artinya batu karang, beo artinya burung) jadi itu adalah sebuah
batukarang besar berbentuk burung beo. Di tempat inilah beliau membangun tempat
untuk bermeditasi dan melakukan pemujaan kepada dewa penguasa laut. Beliau
mulai menyebarkan ajarannya kepada penduduk setempat, yaitu yang berada di desa
beraban dimana desa tersebut di kepalai oleh seorang pemimpin suci yang disebut
“bendesa beraban sakti”.
Pada
saat itu penduduk desa beraban menganut monotheisme. Dalam waktu singkat,
ajaran dang hyang nirartha yaitu tentang agama hindu telah membuat para
penduduk mulai meninggalkan ajaran monotheisme tersebut. Begitu pula sebagian
kecil pengikut bendesa beraban mulai meninggalkannya, dan dia menyalahkan dang
hyang nirartha atas hal tersebut. Kemudian dia mengumpulkan para pengikutnya
yang masih setia dan memimpin mereka untuk mengusir dang hyang nirartha dari
tempat tersebut. Dengan kekuatan spiritual yang dimiliki oleh dang hyang
nirartha, beliau melindungi diri dari serangan bendesa beraban dengan
memindahkan batukarang besar tersebut tempat beliau bermeditasi ke tengah
lautan dan menciptakan banyak ular dengan selendangnya di sekitar batukarang
sebagai pelindung dan penjaga tempat tersebut. Kemudian beliau memberi nama “
tengah lod ” yang berarti tanah di tengah lautan. Akhirnya bendesa beraban
mengakui kesaktian dan kekuatan spritual dari dang hyang nirartha, dan dia mulai
mempelajari ajaran-ajaran yang di ajarkan oleh orang suci tersebut, hingga
menjadi pengikut setia dan ikut menyebarkan ajaran itu kepada para penduduknya
untuk bergabung mengikuti kepercayaan tersebut. Sebelum pergi, beliau
memberikan sebilah keris suci dan sakti yang dikenal dengan nama “ ki baru
gajah ” kepada bendesa beraba.
Saat
ini keris tersebut distanakan di puri kediri yang sangat dikeramatkan oleh
segenap masyarakat dan diupacarai setiap hari raya kuningan dengan berjalan
kaki 11 km pulang pergi menuju pura luhur pakendungan yang berlokasi 300 meter
dari pura luhur tanah lot. Upacara piodalan di pura tanah lot setiap 210 hari
sekali yakni pada hari “ buda wage langkir ” sesuai penanggalan kalender Bali.
3.2
Lokasi
Pura Tanah Lot
Pura
Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan
Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan, yang pembangunannya erat kaitannya
dengan perjalanan Danghyang Nirartha di Pulau Bali. Objek ini bisa ditempuh
sekitar 45 menit dari kawasan Kuta. Di sini ada dua pura yang terletak di di
atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu, apabila air pasang pura
ini akan kelihatan dikelilingi air laut dan satunya lagi, tepatnya di sebelah
utara Pura Tanah Lot terdapat sebuah pura yang terletak menjorok ke laut dan di
atas tebing.
Pura
Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Sad Kahyangan yang digunakan untuk
tempat pemujaan dewa - dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal sebagai tempat
yang indah untuk melihat matahari terbenam (sunset), biasanya para tamu akan
datang pada sore hari untuk melihat melihat keindahan matahari tenggelam.
3.3
Keistimewaan
Pura Tanah Lot
Dimensi
naturalisme mengimajinasikan bahwa eksotisme pantai Lot adalah kekayaan dan
panorama yang menggambarkan betapa alam ini penuh warna dan aneka ragam.
Dimensi humanisme seolah menandakan bahwa alam menginduksi manusia untuk
memanjakan diri, tenggelam dalam euforia yang ditandai dengan proyek imajiner
seperti mengambil foto dengan momen istimewa dan mengambil sudut pantai yang dianggap
akan mewakili representasi diri dalam imaji fotografi. Di Pantai Tanah Lot ini,
ketika memasuki pintu gapura, anda akan menjumpai sebuah suara muski
tradisional gamelan dan nyanyian tradisional menambah lengkap bahwa Tanah
adalah humanisme kreatif yang dilengkapi hidupnya kebudayaan masyarakat Tanah
Lot.
Sementara
itu teosentrisme adalah gerak yang diisi oleh manusia yang berkehendak untuk
memuja, memberi persembahan pada tuhan dan menandai proses komunikatif
metafisika orang-orang Bali sekitar Pantai Lot. Tridimensi gerak Pantai Tanah
Lot memberikan makna tersendiri karena tidak berdimensi tunggal sebagaimana
kalau menikmati pantai-pantai yang lain di Bali. Tridimensi ini menambah aspek
kebermaknaan hidup kita saat berkunjung ke Tanah Lot. Pantai Tanah Lot bisa
saya sebut sebagai bagian dari wisata religi juga. Selain kita mampu mengambil
sisi keindahan pemandangan pantai, gelombang laut, di situ terbangun megah
sebuah Pura yang berada di atas batu karang di pinggir pantai. Untuk sampai di
Pura ini, perlu untuk menyeberangi air laut. Tidak terlalu masuk ke laut,
tetapi jika pasang, kalau kita ingin mengunjungi Pura, maka kita terpaksa
sedikit menceburkan diri dan di situ disediakan pegangan tali agar
penyeberangan kita menjadi aman. Di situ kita disadarkan sakramen dan ritual
umat Hindu menyadarkan bahwa makna pluralisme begitu realistis. Kalau saya
memaknai, bahwa perbedaan ritual dan cara-cara beribadah umat Hindu tidak saya
pandang sebagai pandangan yang bernada aneh, tetapi menyadarkan saya bahwa
ketuhanan adalah budaya dan idealisme yang mengakar dalam kesatuan
multikultural. Proyeksi keberagamaan telah ditanam manusia dalam segala diktum
humanisme. Simbol-simbol diciptakan untuk menjadi media metafora dan dimaknai
dalam keragaman konteks kebaikan, keburukan, keselamatan, kematian dan
sebagainya.
Keistimewaan
Pantai Lot dilengkapi dengan mitologi setempat terkait dengan ular suci (holy
snake). Konon ular suci Tanah Lot diyakini memiliki sejarah antropologi
mitologis yang menjadi penyangga dari ancaman kejahatan dan kerusakan. Ular
suci yang ada di Pantai Lot, menurut informasi Beli Made Panji, adalah jenis
ular laut yang dikenal dengan Bungarus candidus dengan warna cincin melingkar
hitam dan putih. Ular ini menurut dia, adalah jenis ular berbisa nomer ketiga
dari jenis ular berbisa di dunia, setelah ular kobra dari India, ular derik
Australia. Kategorisasi ini sudah pernah diteliti oleh sebuah perguruan tinggi
di Indonesia, termasuk Universitas Indonesia, UGM dan Udayana. Ular Suci, ini
diyakini sebagai juru selamat Tanah Lot.
Sebuah
kisah, di saat ada seseorang yang berniat jahat di Tanah Lot, tiba-tiba ular
ini datang menghampiri pelaku yang ingin berbuat jahat. Ular suci ini menyerang
orangorang yang akan berbuat kerusakan di Tanah Lot. Keganasan ular ini
terangkum sebagai juru selamat terhadap ancaman kerusakan, tetapi ia jinak dan
berdiam diri ketika berada di pinggir gua batu karang Pantai Lot nan eksotik.
Setiap pengunjung Pantai Lot, bahkan bisa memegang ular berbisa ini dengan
tangan mereka tanpa khawatir serangan balik dari ular ini. Ular ini tidak
bereaksi apa-apa. Sembari ditunggui oleh pawangnya, anda bisa memegang ular
suci ini. Bagi anda yang berniat memegang ini, pawang ular ini meminta uang
seikhlasnya, minimal seribu rupiah sebagai buah dari keinginan kita memegang
ular ini. Hingga hari ini ular suci tanah lot belum pernah menyerang para
pengunjung yang ingin menyentuhnya, padahal ular ini dikategorikan sebagai
jenis ular berbisa nomer tiga di dunia.
Kepercayaan
lain yang menambah unsur mitologis terhadap ular suci adalah dengan menyentuh
dan mengelus-elusnya, sembari itu anda dapat berdoa agar keinginan dan
permohonan yang selama ini belum terkabul atau punya hajat tertentu terkait
cita-cita anda. Sebuah kisah, tergantung anda percaya atau tidak, tetapi
menurut Made, itulah kenyataannya. Suatu kisah, ada seorang guru dari
Yogyakarta yang sudah lama tidak mempunyai anak, ketika datang di Tanah Lot dan
mengelus ular ini, dia berdoa untuk segera di karuniai anak, maka dalam waktu
beberapa tahun, guru ini pada akhirnya dikaruniani seorang anak. Selain itu,
jika ada tanda-tanda alam atau bencana, ular laut ini menjadi pertanda dan
isyarat bagi masyarakat Tanah Lot. Tanda yang dapat dikenali adalah jika
masyarakat setempat melihat ada ratu atau raja ular laut yang muncul, biasanya
berwarna merah, maka kemunculan ratu ular laut ini menjadi pertanda bahwa
bencana telah datang.
Bagi
masyarakat sekitar, mereka akan berdoa memberi persembahan kepada dewa-dewa
agar diberi keselamatan. Cerita ini menambah auro mitologis semakin menguat dan
semakin membuktikan kesucian yang melegitimasi sebutan holy snake. Kepercayaan
lain yang berkembang di Tanah Lot, yakni jika anda berkunjung di pantai ini,
ada dapat meminta air keramat yang diyakini bisa menambah wajah anda awet muda.
Anda bisa mengambil secukupnya, buat untuk mencuci muka anda, dan setelah itu
menurut informasi dari bapak Made, setelah sampai di rumah, silahkan melihat
wajah anda di cermin, niscaya perubahan wajah anda bisa saja kulit wajah anda
akan nampak seperti kulit bayi, mulus, hilang kerutnya dan terpancar kembali
muda.
3.4
Dampak
Positif
3.4.1 Ekonomi Berkembangnya pariwisata di Bali
ternyata membawa dampak yang luar biasa pada perekonomian negara khususnya bagi
masyarakat Bali sendiri, yaitu pendapatan yang semula rendah akibat
berkembangnya pariwisata menjadi tinggi, begitu pula kesempatan kerja menjadi
lebih luas, hal ini dapat membantu pemerintah dalam menangani masalah
pengangguran. Negara sangat diuntungkan terhadap perkembangan pariwisata
tersebut, bagaimana tidak dengan ramainya wisata di Bali oleh wisatawan
domestik ataupun luar negeri akan meningkatkan devisa bagi negara.
3.4.2 Kebudayaan
Dalam aspek ini ada banyak dampak positif akibat perkembangan wisata di Bali,
antara lain :
a. Terjadi
percampuran ras antara masyarakat lokal dengan orang luar negeri.
b. Wisatawan
terpacu untuk mempelajari nilai nilai budaya dari objek yang dikunjungi yang
didapatkan ke negara asalnya sehingga objek wisata itu menjadi terkenal.
c. Masyarakat
terpacu untuk melestarikan budayanya , karena mereka sadar bahwa kebudayaan mereka
merupakan salah satu hal yang menarik para wisatawan untuk berkunjung ke Bali.
3.5
Dampak
Negatif
3.5.1
Ekonomi Dampak yang kurang baik adalah
harga-harga menjadi tinggi hal ini karena wisatawan yang berkunjung ke Bali
bukan hanya turis lokal, ada turis luar negeri juga sehingga secara tidak
langsung para pedagang lokal mematok harga sesuai kantong para turis
mancanegara tersebut.
3.5.2
Budaya Dalam aspek ini ada dampak negatif
akibat perkembangan wisata di Bali, antara lain :
a.
Perasaan tidak senang dari penduduk karena
kedatangan para wisatawan yang dianggap mengganggu ketengangan masyarakat
setempat.
b.
Peniruan budaya asing yang berlebihan oleh
masyarakat yang tidak sesuai dengan budaya masyarakat setempat, yang nantinya
akan melunturkan budaya-budaya yang telah ada.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan kunjungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Pura Tanah Lot ini terletak
di Pantai Selatan Pulau Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten
Daerah Tingkat II Tabanan, yang pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan
Danghyang Nirartha di Pulau Bali. Objek ini bisa ditempuh sekitar 45 menit dari
kawasan Kuta. Tanah Lot dalam bahasa Bali berarti “Tanah di tengah lautan”,
kalau kita cermati posisi Pura Tanah Lot memang menjorok ke tengah laut. Pura
ini berdiri di atas bongkahan batu karang, dimana alam telah membentuknya
sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang sangat indah dan unik.
Menurut legenda masyarakat Bali, Tanah Lot berasal dari segumpal tanah yang
dibawa oleh Putra Patih Gajahmada yang terjatuh di tepi pantai. Diceritakan
bahwa Patih Gajahmada dari Kerajaan Majapahit memerintahkan putranya untuk
mengembara.
Sang Patih memberinya bekal
sebuah tempayan yang berisi tanah. Sang Patih berpesan agar putranya menaburkan
tanah dalam tempayan tersebut sesampainya ia di sebuah daratan, niscaya tempat
tersebut akan menjadi kekuasaannya. Akan tetapi, sebelum sampai ke daratan
tempayan tersebut terjatuh dan tanahnya tumpah di tepi pantai. Tanah itulah
yang kemudian menjadi Tanah Lot yang artinya tanah di tengah laut. Dimensi
naturalisme mengimajinasikan bahwa eksotisme pantai Lot adalah kekayaan dan
panorama yang menggambarkan betapa alam ini penuh warna dan aneka ragam.
Dimensi humanisme seolah menandakan bahwa alam menginduksi manusia untuk
memanjakan diri.
4.2
Saran
Berikut merupakan saran yang dapat disampaikan:
4.2.1
Sebagai
wisatawan yang datang berkunjung sebaiknya kita lebih menjaga dan merawat
kebersihan sekitaran Pura agar lingkungan tetap terjaga keasriannya.
4.2.2
Sebagai
pengelola dari Objek Wisata Pura Tanah Lot sebaiknya lebih mempertimbangkan
keamanan, kebersihan dan
kelestarian Pura Tanah Lot sehingga tidak beralih fungsi hanya demi keuntungan beberapa pihak semata namun juga dirasakan semua lapisan masyarakat sekitar
DAFTAR PUSTAKA
Yazid, M. Amru Sani. 2013. Keistimewaan Tanah Lot. MA Negeri Tegal Rejo. Magelang.